Jenis-jenis potensi manusia
Secara
umum, macam-macam potensi manusia adalah sebagai berikut.
a. Potensi fisik, merupakan organ fisik
manusia yang dapat digunakan dan diberdayakan untuk berbagai kepentingan dalam
pemenuhan kebutuhan hidup. Potensi fisik berfungsi sesuai dengan jenisnya.
Contohnya, mata untuk melihat, kaki untuk berjalan, telinga untuk mendengar,
dan sebagainya.
b. Potensi mental intelektual (intelectual
quotient), merupakan
potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak belahan kiri).
Potensi ini berfungsi, antara lain menganalisis, menghitung, merencanakan
sesuatu, dan sebagainya.
c. Potensi sosial emosional (emotional
quotient), merupakan
potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak belahan kanan).
Potensi ini berfungsi, antara lain untuk mengendalikan amarah, bertanggung
jawab, motivasi, kesadaran diri, dan sebagainya. Emotional
quotient (EQ) lebih
banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua dan lingkungan.
d. Potensi mental spiritual (spiritual
quotient), merupakan
potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan
dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar (bukan hanya mengetahui nilai,
tetapi menemukan nilai). Dengan SQ manusia dapat muncul sebagai makhluk yang utuh
secara intelektual, emosional, dan spiritual. Cara pengungkapan SQ adalah
melalui pendidikan agama dan pendidikan budi pekerti.
e. Potensi ketangguhan (adversity
quotient), merupakan
potensi kecerdasan manusia yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang
berhubungan dengan keuletan, ketangguhan, dan daya juang yang tinggi. AQ
merupakan salah satu faktor spesifik sukses (prestasi) seseorang karena mampu
merespons berbagai kesulitan dengan baik. Dengan AQ, berarti seseorang telah
mampu mengubah rintangan menjadi peluang.
Potensi-potensi
tersebut, pada dasarnya masih merupakan kemampuan yang belum terwujud secara
optimal. Oleh karena itu, dibutuhkan hal lain agar potensi tersebut dapat
didayagunakan, tentu saja manusia mesti memiliki ambisi. Ambisi inilah yang
mendorong orang untuk berusaha meraih keinginannya. Tanpa ambisi, orang hanya
akan merasa puas dengan kondisi yang dimilikinya sekarang, tidak ada keinginan
untuk mengubahnya menjadi lebih baik. Walaupun demikian, kita harus mampu untuk
menakar kemampuan diri. Jangan sampai ambisi yang berlebihan, yang berada di
luar jangkauan dan kewajaran justru membawa kita ke jurang kesombongan dan
mendorong pada kegagalan.